Azan dari Jauh

e767406f-c7ed-41ab-be1e-3f5561534128

Pada suatu sore di abad ke-15.

Baru saja muazin Masjidil Haram di Makkah itu mengangkat tangan hendak memulai azan, tiba-tiba sudah terdengar gaung amat keras dan indah—“Allahu Akbar…”

Azan itu entah disuarakan oleh siapa dan dari mana. Seluruh jamaah bengong. Tetapi Sunan Kalijaga, yang duduk di saf agak belakang, tersenyum. Baca lebih lanjut

Pop Pesantren

e767406f-c7ed-41ab-be1e-3f5561534128

Waktu di pesantren dulu, “lagu pop” Jon adalah suara ngaji Syekh Abdul Basith bin Abdul Shomad yang energetik, stamina tinggi, dan suka melengking-lengking.

Kalau capek belajar, atau istirahat main badminton, Jon rengeng-rengeng (bersenandung lirih)—“Huwalladzi jaʻala lakum al-ardha dzalulan famsyu fi manakibiha…” (Q.S. 67: 15) Baca lebih lanjut

Cemburu Kepada Nabi

e767406f-c7ed-41ab-be1e-3f5561534128

Ada orang yang merasa cemburu kepada para Nabi, misalnya Ibrahim dan Ismail.

“Mereka sih dapat wahyu. Jadi Ismail mau saja disembelih, lha wong itu jelas perintah Tuhan. Lha kita ini cuma punya Wahyu Prasetyo, Wahyu Utomo, atau paling jauh Wahyu Sihombing…” katanya dengan ketus.

Biarlah. Cemburu itu unsur penting dari cinta. Baca lebih lanjut

Qurban dan Korban, Lain Donk!

e767406f-c7ed-41ab-be1e-3f5561534128

“Bahasa membawa budaya!” kata orang.

Lebih dari itu. Bahasa membawa iman. Kata membawa aqidah. Kata memuat konsep dan pengertian keilahian. Umpamanya kata ummat, itu lebih dari sekadar a community. Allah, itu lebih utuh dan mutlak dibanding konsepsi yang terkandung di belakang kata Tuhan. Juga Islam, lebih sempurna dari keselamatan.

Apalagi qurban, yang selama ini ‘diterjemahkan’ menjadi korban. Ia menjadi bukan hanya berbeda, tapi bahkan bertentangan. Dan anehnya, kita bengong saja terhadapnya. Baca lebih lanjut

Modal Untuk Pelit

e767406f-c7ed-41ab-be1e-3f5561534128

Ternyata tidak hanya untuk menjadi dermawan saja Anda perlu modal. Juga untuk pelit.

Beberapa sahabat Jon ribut mempergunjingkan beberapa kawan yang makin kaya menjadi makin pelit. Ada yang memang berbakat pelit dari sono-nya. Ada yang terpengaruh oleh suatu subkultur tertentu. Ada yang memang dikondisi oleh rasa milik yang berkembang sesuai dengan bertambahnya kekayaan.

Ada kawan yang rumahnya seperti istana, tapi untuk beli genthong ia menawar secara amat militan seolah-olah sedang memperjuangkan nasib 165 juta rakyat. Ia juga tidak punya rasa tersentuh atau keterharuan, misalnya, ketika memandang bungkuk si penjual genthong.
Baca lebih lanjut

PR Dari Allah

e767406f-c7ed-41ab-be1e-3f5561534128

Sudah sepuluh tahun ini kakan Jon ngebet naik haji. Tetapi ia selalu gagal. Padahal ia sudah menempuh berbagai jalan halal.

Kegagalannya itu karena itu terlalu peduli mendengar keluhan kenalannya. Ia juga peduli dengan tetek bengek urusan desanya yang pasti sepanjang sejarah tidak akan habis. Baca lebih lanjut

Nangsib

e767406f-c7ed-41ab-be1e-3f5561534128

Teman saya, seorang pemikir, bilang bahwa yang disebut nasib itu tidak ada. Ketentuan Tuhan itu nonsens. Tidak ada sesuatu yang berasal dari sono-nya. Yang ada ialah sistem yang mengatur kehidupan manusia, yang dibikin oleh manusia itu sendiri, dan segala sesuatu adalah hasil atau akibat dari sistem itu.

Misalnya ada orang tertubruk truk. Itu bukan nasib sial. Itu terjadi karena adanya sistem transportasi modern. Atau tiba-tiba ada kawan yang meminjami uang ketika Anda butuh. Itu bukan kebetulan. Bukan fortune. Itu terjadi karena sejak semula manusia membikin sistem perhubungan sosial yang memungkinkan seseorang menolong lainnya.

Saya pikir, betul juga. Baca lebih lanjut

Si Kembar Bodoh Pintar

e767406f-c7ed-41ab-be1e-3f5561534128

Siapa bilang anak orang kaya pasti pintar dan anak orang miskin pasti goblok. Memangnya Tuhan bodoh! Kok bikin aturan begitu!

Malah banyak anak Babe yang rendah kapasitas kecedasannya, dan banyak anak Simbok-simbok yang cemerlang bukan buatan. Tapi itu tidak tentu. Pokoknya terserah Tuhan bagaimana menentukan tingkat potensi makhluk-Nya. Itu hak Dia sepenuhnya.

Dan lagi yang disebut pintar dan bodoh itu kan relatif. Ada “pintar sekolahan”, ada “pintar kehidupan”. Ada pintar yang bodoh, ada bodoh yang pintar. Pokoknya tergantung soal dan tantangannya apa. Baca lebih lanjut

Bani Zahid Van Kauman

e767406f-c7ed-41ab-be1e-3f5561534128

Setetes makna dari Al-Qur’an bisa menjadi tujuh samudera ilmu bagi kehidupan kita. itu pun, kalau kita syukuri: La adzidannakum, akan Kutambah lagi, kata Allah. Lebih dari itu, tetes ilmu itu dengan kehidupan kita terus ‘bekerja’ untuk menjadi ilmu demi ilmu lagi. Sungguh Allah membimbing kita untuk menjadi ‘arif (mengetahui) dan ‘alim (mengerti), bahkan ‘amil, pekerja dari pengetahuan dan pengertian dari-Nya itu. Maka, di hari kedua ‘kopi Al-Qur’an’, bertamulah ke rumah kontrakan saya seorang tua yang saleh.

Bersepeda, memakai sarung, berpeci, sehat dan penuh senyum ceria. Betapa kagetnya saya! Baca lebih lanjut